Nasy-atul Muta'allimin

Welcome

Aku mengamati semua sahabat, dan tidak menemukan sahabat yang lebih baik daripada menjaga lidah. Saya memikirkan tentang semua pakaian, tetapi tidak menemukan pakaian yang lebih baik daripada takwa. Aku merenungkan tentang segala jenis amal baik, namun tidak mendapatkan yang lebih baik daripada memberi nasihat baik. Aku mencari segala bentuk rezki, tapi tidak menemukan rezki yang lebih baik daripada sabar (Umar ibn Khatthab).

JURNALIS VERSUS PENULIS



A. DEFINISI; SEBUAH HANTARAN
Pengertian istilah jurnalistik dapat ditinjau dari tiga sudut pandang: harfiyah, konseptual, dan praktis.
1. Secara harfiyah, jurnalistik (journalistic) artinya kewartawanan atau kepenulisan. Kata dasarnya jurnal (journal), artinya laporan atau catatan, atau jour dalam bahasa Prancis yang berarti hari (day). Asal-muasalnya dari bahasa Yunani kuno, du jour yang berarti hari, yakni kejadian hari ini yang diberitakan dalam lembaran tercetak.
2. Secara konseptual, jurnalistik dapat dipahami dari tiga sudut pandang: sebagai proses, teknik, dan ilmu.
a) Sebagai proses, jurnalistik adalah aktivitas mencari, mengolah, menulis, dan menyebarluaskan informasi kepada publik melalui media massa. Aktivitas ini dilakukan oleh wartawan (jurnalis).
b) Sebagai teknik, jurnalistik adalah keahlian (expertise) atau keterampilan (skill) menulis karya jurnalistik (berita, artikel, feature) termasuk keahlian dalam pengumpulan bahan penulisan seperti peliputan peristiwa (reportase) dan wawancara.
c) Sebagai ilmu, jurnalistik adalah bidang kajian mengenai pembuatan dan penyebarluasan informasi (peristiwa, opini, pemikiran, ide) melalui media massa.
3. Secara praktis, jurnalistik adalah proses pembuatan informasi atau berita (news processing) dan penyebarluasannya melalui media massa. Dari pengertian kedua ini, kita dapat melihat adanya empat komponen dalam dunia jurnalistik: informasi, penyusunan informasi, penyebarluasan informasi, dan media massa.

B. KARAKTERISTIK DASAR
Jurnalistik termasuk ilmu terapan (applied science) yang dinamis dan terus berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dan dinamika masyarakat itu sendiri. Sebagai ilmu, jurnalistik termasuk dalam bidang kajian ilmu komunikasi, yakni ilmu yang mengkaji proses penyampaian pesan, gagasan, pemikiran, atau informasi kepada orang lain dengan maksud memberitahu, mempengaruhi, atau memberikan kejelasan.
Jurnalistik (journalistiek, Belanda) bisa dibatasi secara singkat sebagai kegiatan penyiapan, penulisan, penyuntingan, dan penyampaian berita kepada khalayak melalui saluran media tertentu. Jurnalistik mencakup kegiatan dari peliputan sampai kepada penyebarannya kepada masyarakat. Sebelumnya, jurnalistik dalam pengertian sempit disebut juga dengan publikasi secara cetak.
Dewasa ini pengertian tersebut tidak hanya sebatas melalui media cetak seperti surat kabar, majalah, dan sebagainya, namun meluas menjadi media elektronik seperti radio atau televisi. Berdasarkan media yang digunakan meliputi jurnalistik cetak (print journalism), elektronik (electronic journalism). Akhir-akhir ini juga telah berkembang jurnalistik secara tersambung (online journalism).
Jurnalistik atau jurnalisme mempunyai ciri-ciri yang penting untuk kita perhatikan;
a. Skeptis adalah sikap untuk selalu mempertanyakan segala sesuatu, meragukan apa yang diterima, dan mewaspadai segala kepastian agar tidak mudah tertipu. Inti dari skeptis adalah keraguan. Media janganlah puas dengan permukaan sebuah peristiwa serta enggan untuk mengingatkan kekurangan yang ada di dalam masyarakat. Wartawan haruslah terjun ke lapangan, berjuang, serta menggali hal-hal yang eksklusif.
b. Bertindak (action). Wartawan tidak menunggu sampai peristiwa itu muncul, tetapi ia akan mencari dan mengamati dengan ketajaman naluri seorang wartawan.
c. Berubah. Perubahan merupakan hukum utama jurnalisme. Media bukan lagi sebagai penyalur informasi, tapi fasilitator, penyaring dan pemberi makna dari sebuah informasi.
d. Seni dan Profesi. Wartawan melihat dengan mata yang segar pada setiap peristiwa untuk menangkap aspek-aspek yang unik.
e. Peran Pers. sebagai pelapor, bertindak sebagai mata dan telinga publik, melaporkan peristiwa-peristiwa di luar pengetahuan masyarakat dengan netral dan tanpa prasangka. Selain itu, pers juga harus berperan sebagai interpreter, wakil publik, peran jaga, dan pembuat kebijaksanaan serta advokasi.

C. PROSES KERJA JURNALISTIK
Media massa mengolah informasi melalui proses kerja jurnalistik. Dan ini berlaku untuk semua organisasi yang bergerak di bidang penerbitan pers, tanpa terkecuali. Tahapan-tahapan proses kerja jurnalistik yang berlaku dalam media cetak adalah sebagai berikut: 
1. Rapat Redaksi, yaitu rapat untuk menentukan tema-tema yang akan ditulis dalam penerbitan edisi mendatang. Dalam rapat ini dibahas juga mengenai pembagian tugas reportase.
2. Reportase. Setelah rapat redaksi selesai, para wartawan yang telah ditunjuk harus "turun ke lapangan" untuk mencari data sebanyak mungkin yang berhubungan dengan tema tulisan yang telah ditetapkan. Pihak yang menjadi objek reportase disebut nara sumber. Nara sumber ini bisa berupa manusia, makhluk hidup selain manusia, alam, ataupun benda-benda mati. Jika nara sumbernya manusia, maka reportase tersebut bernama wawancara.
3. Penulisan Berita. Setelah melakukan reportase, wartawan media cetak akan melakukan proses jurnalistik berikutnya, yaitu menulis berita. Di sini, wartawan dituntut untuk mematuhi asas 5 W+1H yang bertujuan untuk memenuhi kelengkapan berita.
4. Editing, yaitu proses penyuntingan naskah yang bertujuan untuk menyempurnakan penulisan naskah. Penyempurnaan ini dapat menyangkut ejaan, gaya bahasa, kelengkapan data, efektivitas kalimat, dan sebagainya.
5. Setting dan Layout. Setting merupakan proses pengetikan naskah yang menyangkut pemilihan jenis dan ukuran huruf. Sedangkan layout merupakan penanganan tata letak dan penampilan fisik penerbitan secara umum. Setting dan layout merupakan tahap akhir dari proses kerja jurnalistik. Setelah proses ini selesai, naskah dibawa ke percetakan untuk dicetak sesuai oplah yang ditetapkan.

D. APLIKASI PRAKTIS
1. Penulisan Berita
Ketika membahas mengenai jurnalistik, pikiran kita tentu akan langsung tertuju pada kata “berita” atau “news”.
Lalu apa itu berita? Berita (news) adalah laporan mengenai suatu peristiwa atau kejadian yang terbaru (aktual); laporan mengenai fakta-fakta yang aktual, menarik perhatian, dinilai penting, atau luar biasa.
“News” sendiri mengandung pengertian yang penting, yaitu dari kata “new” yang artinya adalah “baru”. Jadi, berita harus mempunyai nilai kebaruan atau selalu mengedepankan aktualitas.
Dari kata “news” sendiri, kita bisa menjabarkannya dengan “north”, “east”, “west”, dan “south”. Bahwa si pencari berita dalam mendapatkan informasi harus dari keempat sumber arah mata angin tersebut.
Selanjutnya berdasarkan jenisnya, dibedakan menjadi:
a) STRAIGHT NEWS yang berisi laporan peristiwa politik, ekonomi, masalah sosial, dan kriminalitas, sering disebut sebagai berita keras (hard news).
Sementara Straight News tentang hal-hal semisal olahraga, kesenian, hiburan, hobi, elektronika, dan sebagainya dikategorikan sebagai berita ringan atau lunak (soft news).
Ciri-ciri:
 Menggunakan gaya bahasa to the point alias lugas.
 Strukturnya piramida terbalik (Unsur berita what, who, where, when diletakkan dalam lead. Sedang unsur how dan why diletakkan dalam tubuh berita).
 Inti berita, yaitu masalah terpenting dalam berita tersebut, tertulis pada alinea pertama. Makin ke bawah, isi berita makin tidak penting. Dengan demikian, dengan membaca alinea pertama saja, atau cuma membaca judulnya, orang akan langsung tahu apa isi berita tersebut.
 Jenis tulisan ini cenderung mentaati asas 5 W+1H.
 Gaya penulisan ini biasanya digunakan oleh surat kabar yang terbit harian. Terbatasnya waktu orang-orang membaca koran, membuat para pengelola surat kabar harus menyusun gaya bahasa yang selugas mungkin, sehingga pembaca akan langsung tahu apa isi suatu berita hanya dengan membaca sekilas.

b) FEATURE atau berita kisah. Jenis ini lebih bersifat naratif, berkisah mengenai aspek-aspek insani (human interest). Sebuah feature tidak terlalu terikat pada nilai-nilai berita dan faktualitas.
Ciri-ciri:
 Gaya penulisannya merupakan gabungan antara bahasa artikel dengan bahasa sastra, sehingga cenderung enak dibaca.
 Inti berita tersebar di seluruh bagian tulisan. Karena itu, untuk mengetahui isi tulisan, kita harus membaca dari kalimat pertama sampai kalimat terakhir.
 Asas 5W+1H masih digunakan, tetapi tidak terlalu penting.
 Gaya penulisan ini biasanya dipakai oleh majalah/tabloid yang terbit secara berkala. Pembaca biasanya memiliki waktu yang lebih luang untuk membaca majalah/tabloid, sehingga gaya bahasa untuk media ini dapat dibuat lebih "nyastra" dan "bergaya", sehingga pembaca merasa betah dan "menikmati" tulisan tersebut dari awal sampai akhir.

c) DEPTH NEWS atau disebut juga berita investigatif (investigative news), berupa hasil penyelidikan seorang atau satu tim wartawan secara lengkap dan mendalam dalam pelaporannya. Dalam depht news, penekanannya pada unsur how dan why. Mencari dan memaparkan jawaban how dan why secara lebih rinci dan banyak dimensi.
Ciri-ciri:
 Strukturnya balok tegak. 
 Deskripsinya analitis, banyak mengungkapkan fakta-fakta penting dan pendukung untuk kejelasan berita. 
 Lenggang cerita berkesinambungan antara paragraf sebelum dan sesudahnya. 
 Lebih mendalam dalam menguraikan fakta. 

2. Kriteria dan Nilai Berita 
Kriteria-kriteria layak tidaknya berita adalah sebagai berikut: 
a) Magnitude, yaitu seberapa luas pengaruh suatu peristiwa bagi khalayak. Contoh: Berita tentang Kasus Bibit-Chandra lebih luas pengaruhnya terhadap SELURUH masyarakat Indonesia ketimbang berita tentang monitoring 100 hari kinerja president.
b) Significance, yaitu seberapa penting arti suatu peristiwa bagi khalayak. Contoh: Berita tentang kesaksian Rani Juliani dalam kasus Antasari Azhar lebih penting bagi khalayak ramai ketimbang berita Perceraian Krisdayanti dengan Anang Hermansyah.
c) Actuality, yaitu tingkat aktualitas suatu peristiwa. Contoh: Berita tentang Hari Pahalawan menarik diberitakan pada tanggal 10 November 2009. Setelah itu, berita seperti ini akan menjadi sangat basi.
d) Proximity, yaitu kedekatan peristiwa terhadap khalayak. Contoh: Bagi mahasiswa IAIN; berita tentang mahasiswi IAIN yang berbusana ketat lebih menarik ketimbang berita tentang tidak adanya laboratorium elektronik di kampus ITS.
e) Prominence, yaitu akrabnya peristiwa dengan khalayak. Contoh: Berita-berita tentang AFI (Akademi Fantasi Indosiar) lebih akrab bagi kalangan remaja Indonesia ketimbang berita-berita tentang Piala Thomas.
f) Human Interest, yaitu kemampuan suatu peristiwa untuk menyentuh perasaan kemanusiaan khalayak. Contoh: Berita tentang Buah si Malakama, TKI Indonesia yang dianiaya di Malaysia, diminati oleh khalayak ramai, karena berita ini mengandung nilai human interest yang sangat tinggi.
g) Conflict. Yaitu berita tentang adanya bentrokan, baik secara fisik maupun nonfisik, selalu menarik. Misalnya bentrokan antar manusia, manusia dengan binatang, antar kelompok, bangsa, etnik, agama, kepercayaan, perang dan sebagainya.
h) Oddity. Yaitu keanehan; Sesuatu yang tidak lazim (unusual) mengundang perhatian orang di sekitarnya. Orang yang berdandan esktrentrik, orang yang bergaya hidup, memiliki ukuran fisik yang beda dengan yang lainnya.
i) Impact. Yaitu dampak; Sebuah kejadian yang memiliki dampak pada masyarakat luas memiliki nilai berita yang tinggi. Semakin besar dampak tersebut bagi masyarakat, semakin tinggi pula nilai beritanya.
Selain kriteria layak tidaknya berita di atas, sebuah berita haruslah memuat nilai berita di dalamnya. Nilai berita itu mencakup beberapa hal, seperti berikut.
 Objektif : berdasarkan fakta, tidak memihak.
 Aktual : terbaru, belum “basi”.
 Luar biasa : besar, aneh, janggal, tidak umum.
 Penting : pengaruh atau dampaknya bagi orang banyak; menyangkut orang 
  penting/terkenal.
 Jarak : familiaritas, kedekatan (geografis, kultural, psikologis).
Lima nilai berita di atas sudah dianggap cukup dalam menyusun berita. Namun, ada juga juga yang menambah menjadi dua belas nilai berita dalam menulis berita. Yaitu;
 sesuatu yang unik,
 sesuatu yang luar biasa,
 sesuatu yang langka,
 sesuatu yang dialami/dilakukan/menimpa orang (tokoh) penting,
 menyangkut keinginan publik,
 yang tersembunyi,
 sesuatu yang sulit untuk dimasuki,
 sesuatu yang belum banyak/umum diketahui,
 pemikiran dari tokoh penting,
 komentar/ucapan dari tokoh penting,
 kelakuan/kehidupan tokoh penting, dan
 hal lain yang luar biasa.

3. Anatomi Berita dan Unsur-Unsur 
 MEMBUAT JUDUL 
Judul berita bukan hal yang urgen dalam penulisan berita. Tapi bisa menjadi hal yang vital. Karena sebelum membaca isi berita, pembaca cenderung membaca judulnya terlebih dahulu. Ketika judul tidak menarik, pembaca akan enggan membaca isi berita.
Dalam membuat judul, harus dapat dimengerti dengan sekali baca, juga menarik, sehingga mendorong pembaca mengetahui lebih lanjut isi berita. Tapi judul yang menarik belum tentu benar dalam kaidah penulisan judul. Pada dasarnya judul mencerminkan isi berita. Jadi disamping mencerminkan isi dan menarik, judul perlu kejelasan asosiatif setiap unsur subyek, obyek dan keterangan.
Selain itu, menulis judul juga bisa memakai kutipan pernyataan narasumber. Biasanya suatu pernyataan mengarah pada subyek yang melontarkan. Untuk menjelaskan subyek (nama narasumber, atau sebuah kegiatan) maka digunakan kickers (pra-judul). Atau jika tidak menggunakan kickers, penulisan judul di dalam dua tanda petik.
 LEAD 
Lead merupakan paragraf awal dalam tulisan berita yang berfungsi sebagai kail sebelum masuk pada uraian dalam tulisan berita. Ada beberapa macam lead yang biasa digunakan dalam menulis berita:
1. Lead Ringkasan : Biasanya dipakai dalam penulisan ‘berita keras’. Yang ditulis hanya inti beritanya saja. Sedangkan interesting reader diserahkan kepada pembaca. Lead ini digunakan karena adanya persoalan yang kuat dan menarik. 
2. Lead Bercerita : Ini digemari oleh penulis cerita fiksi karena dapat menarik pembaca dalam alur yang mengasyikkan. Tekniknya adalah membiarkan pembaca menjadi tokoh utama cerita.
3. Lead Pertanyaan : Lead ini efektif apabila berhasil menantang pengetahuan pembaca mengenai permasalahan yang diangkat.
4. Lead Menuding Langsung : Biasanya melibatkan langsung pembaca secara pribadi, rasa ingin tahu mereka sebagai manusia diusik oleh penudingan lead.
5. Lead Penggoda : Mengelabui pembaca dengan cara bergurau. Tujuan utamanya menggaet perhatian pembaca dan menuntunnya supaya membaca habis cerita yang ditawarkan. 
6. Lead Nyentrik : Lead yang menggunakan puisi, pantun, lagu atau yang lain. Gaya lead ini sangat khas dan ekstrim dalam bertingkah.
7. Lead Deskriptif : Menciptakan gambaran dalam pikiran pembaca tentang seorang tokoh atau suatu kejadian. Lead ini banyak digemari wartawan ketika menulis feature profil.
8. Lead Kutipan : Lead yang mengutip perkataan, statement, teori dari orang terkenal.
9. Lead Gabungan : Lead yang menggabungkan dua atau lebih macam lead yang sudah ada. Semisal lead kutipan digabung dengan lead deskriptif.
 ENDING 
Untuk penutup atau ending story, ada beberapa jenis :
1. Penyengat : Penutup yang biasanya diakhiri kata-kata yang mengagetkan pembaca dan membuatnya seolah-olah terlonjak.
2. Klimaks : Penutup ini ditemukan pada cerita yang ditulis secara kronologis.
3. Tidak Ada Penyelesaian : Penulis mengakhiri cerita dengan memberikan sebuah pertanyaan pokok yang tak terjawab. Jawaban diserahkan kepada pembaca untuk membuat solusi atau tanggapan tentang permasalahan yang ada.

E. PENULIS DAN JURNALIS
10 C’s for becoming good writer !
 Commitment
 Consistent
 Capable
 Character
 Competence
 Contextual
 Credible
 Cool
 Conversation
 Community

Sumber Ide
1. Mendengar (listen). Contoh: dalam perjalanan ke suatu tempat, kita mendengar percakapan tentang dampak kenaikan harga BBM. Maka kita bisa membuat tulisan yang berjudul: “Resahnya Kaum Susah”.
2. Melihat (look). Contoh: di lampu merah, kita melihat kaum fakir-miskin sedang meminta-minta. Maka kita bisa membuat tulisan yang berjudul: “Kepedulian Kita, Kebahagian Mereka”
3. Mencium (smell). Contoh: masuk ke ruang pertemuan di sebuah hotel, langsung tercium bau wangi yang menyegarkan. Maka kita bisa membuat tulisan yang berjudul: “Asah Ilmu Tak Lagi Membuat Jemu”
4. Mengecap (taste). Contoh: saat berbuka puasa di warung tegal, cita-rasanya tak terkalahkan. Maka kita bisa membuat tulisan yang berjudul: “Berbuka Sehat, Berbuka Sederhana”
5. Menyentuh (touch). Contoh: di dalam lingkungan sekolah, kita berpapasan dengan seorang pesuruh. Kita pun menyapa dan berjabat-tangan dengan pesuruh yang sudah mengabdi sekian lama. Genggaman tangannya yang kasar terasa lemah. Maka kita bisa membuat tulisan yang berjudul: “Mereka yang Berjasa Tanpa Terasa” 

Bagaimana memulai memulai menulis menulis?
 Cari inspirasi dengan mempertajam pengamatan sekitar kita
 Kumpulkan gagasan dengan clustering
 Atur gagasan dengan struktur
 Tentukan perspektif


0 Opni Bebas:

Posting Komentar