Nasy-atul Muta'allimin

Welcome

Aku mengamati semua sahabat, dan tidak menemukan sahabat yang lebih baik daripada menjaga lidah. Saya memikirkan tentang semua pakaian, tetapi tidak menemukan pakaian yang lebih baik daripada takwa. Aku merenungkan tentang segala jenis amal baik, namun tidak mendapatkan yang lebih baik daripada memberi nasihat baik. Aku mencari segala bentuk rezki, tapi tidak menemukan rezki yang lebih baik daripada sabar (Umar ibn Khatthab).

EPISTEMOLOGI



Secara bahasa, epistemologi berasal dari bahasa Yunani yang berasal dari dua akar kata yaitu episteme dan logos. Episteme berarti pengetahuan, sedangkan logos berarti ilmu. Jadi epistemologi dapat diartikan sebagai ilmu tentang pengetahuan.
Secara istilah dalam filsafat ilmu, epistemologi adalah pembahasan mengenai bagaimana mendapatkan pengetahuan. Pembahasan tersebut meliputi rumusan masalah sebagai berikut: apa sumber-sumber pengetahuan, hakikat, jangkauan dan ruang lingkup pengetahuan? Mungkinkah manusia mendapatkan pengetahuan? Sampai manakah manusia mampu menangkap pengetahuan?
Berpikir adalah kegiatan mental yang menghasilkan pengetahuan, sedangkan metode ilmiah adalah ekspresi dari kegiatan berpikir yang menggabungkan cara berpikir deduktif dan cara berpikir induktif yang bertujuan untuk menghasilkan karakteristik-karakteristik pengetahuan ilmiah yaitu rasional dan teruji sehingga pengetahuan yang didapat adalah pengetahuan yang dapat diandalkan.
Manusia berpikir karena manusia menghadapi masalah empiris yang harus dipecahkannya. Proses berpikir bermula ketika manusia mengamati sesuatu, proses berpikir tersebut diarahkan pada pengamatan objek masalah empiris yang oleh Van Peursen dibagi ke dalam tiga tahapan yakni tahap mistis, tahap ontologis kemudian tahap fungsional
Syarat utama yang harus dipenuhi oleh suatu teori ilmiah adalah mampu mendampingkan rasionalisme dan empirisme dalam sebuah sistem dengan mekanisme korektif. Maksudnya teori ilmiah harus konsisten dengan teori-teori keilmuan lainnya sehingga tidak terjadi kontradiksi antar teori, selain itu juga harus diujikan dengan fakta-fakta empiris (verivikasi) sehingga dihasilkan kecocokan antara teori dengan fakta. Dengan begitu maka suatu teori ilmiah dapat diterima kebenarannya secara ilmiah.
Semua penjelasan rasional apapun yang diajukan namun belum teruji kebenarannya secara empiris maupun ilmiah makas statusnya hanyalah berupa hipotesis yakni bersifat sementara dan berfungsi sebagai penunjuk jalan guna mendapatkan jawaban, karena objek yang ditelaah (alam) adalah bisu dan tidak responsif terhadap pertanyaan-pertanyaan. Dengan adanya hipotesis ini maka metode ilmiah dikenal dengan proses logico-hypothetico-verifikasi.


0 Opni Bebas:

Posting Komentar